Oleh DJOKO SUTRISNO
Ketua Umum KONI dan Ketua Umum Pengcab PTMSI Klaten
Ketua Umum KONI dan Ketua Umum Pengcab PTMSI Klaten
SEBENARNYA dari aspek teknis atlet kita mampu untuk berprestasi di tingkat Asean maupun Asia, karena kita memiliki materi atlet dan juga pelatih lokal yang relatif cukup baik. Selain itu juga mampu mendatangkan pelatih asal China. Sarana latihan juga rata-rata cukup tersedia, selain juga cukup banyak event kejuaraan.
Pertanyaannya, mengapa dari waktu ke waktu prestasinya
semakin menurun?
Salah satu jawabannya adalah masalah non-teknis yang
menyangkut antara lain organiasi.
Dalam rangkaian persiapan mengikuti suatu kejuaraan di
lingkup dan jenjang apapun, para pengurus, pelatih, dan manajmen yang terlibat
pasti memasang target-target tertentu dengan argumentasi dan perhitungan yang
matang dan penuh rasa optimisme.
Begitu selesai kejuaraan dan hasil yang ditargetkan
meleset, dengan penuh rasa percaya diri dan tetap merasa tidak bersalah,
biasanya menyatakan anak-anak sudah bermain baik dan maksimal, hanya kita belum
beruntung dan lawan bermain sangat baik. Biasanya para petinggi secara mantap
dan serius mengatakan, "Kita segera melakukan evaluasi secara menyeluruh
dan komperehensif."
Tetapi setelah itu dalam perjalanannya biasanya evaluasi
yang akan dilaksanakan tadi tinggal harapan dan penantian yang tak berujung.
Kegiatan organisasi termasuk dalam pembinaan kemudian mengalir dengan monoton
dan apa adanya.
Pada cabang tenis meja yang dinaungi dalam wadah PTMSI,
hal itu sudah seperti sesuatu yang biasa. Apalagi, sejauh ini yang kami lihat
dan rasakan, masalah organisasi mulai dari Pusat (PB), Pengprov,
Pengkot/Pengkab hingga klub memang seperti "adem-ayem".
Gelaja ini bisa jadi karena, seperti PB PTMSI dan juga
Pengprov, hanya diurusi oleh 2-3 personil yang merangkap sebagai manajer,
sekretaris, pembina, keuangan, dan sekaligus juru bicara. Padahal biasanya saat
dilantik, jumlah pengurusnya bisa melebihi 30-an orang.
Itu baru dari segi organisasi, belum SDM pembinaan dan
pelatih, apalagi menyangkut masalah sarana prasarana dan keuangan yang sangat
jauh dari harapan untuk pencpaian prestasi atlet secara maksimal.
Dalam kondiri organiasi dan personil yang seperti itu
imbasnya jelas pada prestasi atlet karena untuk mencetak dan menghasilkan atlet
yang handal dan berprestasi diperlukan banyak persyaratan. Salah satunya
organisasi yang didukung oleh kepengurusan yang profesional dan punya prestasi,
berjiwa pengabdian, memiliki jaringan, dan hubungan yang luas baik pemerintah,
swasta dan dunia usaha, serta menguasai menejemen pengolaan dan pembinaan
olahraga tenis meja secara matang. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar